PALANGKA RAYA, BBNews - Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Tengah Prof. Khairil Anwar menyampaikan meteri rapat koordinasi Dit Intelkam Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah, pada Rabu (11/12).
Rapat koordinasi tersebut mengangkat tema mitigasi fusi inteloleran, radikal, dan terorisme dalam upaya ereduksi potensi kerawanan pilkada serentak tahun 2024, diselenggarakan di Hotel Aquarius, Kota Palangka Raya.
Khairil mengatakan, indikator intoleransi adalah sikap atau pandangan yang tidak menghargai perbedaan dan ketidakmauan dalam menerima keberagaman.
Sementara indikator radikalisme adalah konsep yang ingin mengubah sistem sosial politik secara drastis dan menggunakan cara-cara ekstrim (kekerasan).
“Kalimantan Tengah adalah miniatur Indonesia. Masyarakatnya plural dan multikultural, terdiri dari beragam agama, suku, etnis, budaya, tradisi, dan bahasa. Kebhinnekaan, keberagaman dan perbedaan tersebut adalah satu keniscayaan yang diciptakan oleh Tuhan YME,” katanya.
Menurut Khairil, di satu sisi kebhinnekaan, keberagaman, dan perbedaan itu menjadi kekuatan dan keindahan ketika dijaga dan dirawat bersama-sama dengan baik, tulus, dan bertanggung jawab. Namun, di sisi lain kebhinnekaan, keberagaman dan perbedaan itu, bisa saja menjadi potensi konflik yang mengarah kepada radikalisme terorisme.
“Perlu diwaspadai semua pihak, bahwa berdasarkan laporan BNPT, diperkirakan anggota, dan simpatisan beberapa organisasi teroris di Indonesia sekitar 17 ribu orang, yang berasal dari beberapa kelompok, seperti Jamaah Ansharud Daulah (JAD), Jamaah Ansharul Khilafah (JAK), Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Mujahidin Indonesia Barat (JIB), Forum Jihad Islam (FJI) dan Organisasi Papua Merdeka. Sedangkan Jamaah Islamiyah sudah mulai merubah strateginya dari jihad fisik ke dakwah dan kemanusiaan,” jelasnya.
Khairil menekankan, peran tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat dalamupaya mencegah intoleransi, radikalisme, dan terorisme di Kalimantan Tengah. Penyebaran nilai toleransi melalui dakwah, ceramah, dan kegiatan keagamaan, tokoh agama dapat menyampaikan ajaran agama yang mengedepankan kedamaian, kasih sayang, dan penghormatan terhadap perbedaan, terutama ikut serta menyosialisasikan.
“Moderasi beragama dan Falsafah Budaya Huma Betang dalam penangkal ideologi radikal dengan memberikan pemahaman agama yang moderat dan benar kepada umatnya, tokoh agama mampu menjadi benteng terhadap penyebaran pahamradikal, dan sekaligus menangkalnya dengan ideologi Pancasila (kebangsaan),” tandasnya. (HS/RED1)